Tampilkan postingan dengan label fairy tales. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fairy tales. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Januari 2013

GINGERBREADMAN

Gingerbreadman. Gingerbreadman.
Call his name once, twice, once, twice.
You'll get the gingerbread one, two, one, two....

Gingerbreadman is fat fat fat.
But his personality is not flat flat flat.
Gingerbreadman. Gingerbreadman.
Call your name.


***

Jaman dahulu kala, Manusia Roti Jahe tinggal di puncak bukit Seloya. Setiap pagi, setelah menghangatkan diri di dalam oven raksasa, dia segera mengatur para burung bangau untuk mengantarkan bayi-bayi yang baru lahir untuk para orang tua yang kesepian.

Satu... dua... tiga... empat puluh... lima ratus... enam ribu.... Enam ribu bayi segar sehari. Wow! Hohoho tidak tidak. Enam ribu bayi (tidak dalam) sehari. Bisa kau bayangkan lonjakan kepadatan manusia jika Manusia Roti Jahe mengirimkan bayi gratis sebanyak itu setiap hari.

Saat ini pasti kau bertanya-tanya. Darimana Tuan Roti Jahe mendapatkan bayi sebanyak itu? Apakah dia membuatnya dari adonan terigu? Atau membeli campurannya dalam kotak-kotak instan? Atau mungkin Tuan Roti Jahe bisa melakukan sihir semacam SIMSALABIM dan tiba-tiba bayi-bayi bermunculan dari dalam topi sihirnya.

Sesungguhnya, tak ada yang (pernah) tau. Hidup akan menyenangkan jika ada (sedikit) kemisteriusan, bukan?

***

Gingerbreadman. Bermuka bulat, berkacamata, bercelana pendek, berjas putih dan berdasi.
Mukanya yang bulat selalu tersenyum ramah. Rambutnya berponi.

***

Gingerbreadman. Gingerbreadman.
Call his name once, twice, once, twice.
You'll get the gingerbread one, two, one, two....

Gingerbreadman. Call your name.






Jumat, 04 Mei 2012

A Boy Who Hates Blue.

Suamiku adalah seorang detektif. Detektif dengan indera keenam yang SANGAT sensitif. Kasus yang paling sering dia tangani adalah kasus misteri yang melibatkan pembunuhan. Seringkali dia pulang dengan wajah kusut dan tubuh layu. Kata Ian, baru saja ada pembunuhan. Hmmm, kasus baru berarti hantu baru. Suamiku bilang, roh-roh selalu mengikutinya ke rumah lalu menempeli aku. Jadi disaat aku ingin memeluknya untuk sekedar melepaskan sebagian bebannya hari itu, dia selalu menghindar, menatapku dengan pandangan jijik atau mengibaskan 'sesuatu yang tidak kasat mata' dari pundakku, seperti ada gumpalan debu yang menempel. *** Suamiku adalah seorang biseksual. Pasangannya adalah partnernya sendiri, Ian. Mereka memang sudah seperti itu sejak pertama kali aku mengenal suamiku. Aku sih tidak keberatan. Pekerjaanku sudah menelan cukup banyak waktu sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal semacam itu. Sahabat-sanabatku berkata bahwa aku sudah gila menikahi seorang biseksual. Tapi aku tidak begitu peduli. Aku cinta Mike apa adanya. *** Kami tinggal di sebuah paviliun yang cukup luas. Sebetulnya, ada satu rumah besar yang ditinggalkan oleh orang tua Mike, suamiku, untuk kami. Tapi rumah itu terlalu besar untuk kita berdua. Jadi kami memutuskan untuk menyewa sebuah paviliun kecil dan meninggalkan rumah besar itu kosong. Tidak benar-benar kami tinggalkan, beberapa kali kami pernah mengadakan pesta bersama sahabat-sahabat di rumah itu. *** Di paviliun ini, suamiku hanya datang untuk tidur. Di pagi hari kami sarapan di cafe kecil di ujung jalan. Aku pulang ke paviliun untuk kembali bekerja, suamiku pergi kekantornya. Kadang-kadang Ian ikut sarapan juga. Lalu aku makan siang sendiri, kembali bekerja, minum kopi di sore hari -sendiri- kembali bekerja, lalu bekerja sambil larut malam sampai suamiku datang bersama Ian. Ian pulang. Aku dan Mike melakukan sedikit aktifitas seksual, lalu kami mandi, minum kopi atau teh dengan waffle hangat lalu tidur. Catatan: itu yang terjadi jika Mike tidak sedang mengerjakan kasus. Jika dia sedang dalam kasus, seperti yang sudah aku ceritakan, dia sama sekali tidak mau menyentuhku. Karena aku 'berhantu'. *** Aku, Gwen. 27 tahun. Pekerjaanku adalah fashion designer. Aku mengerjakan desain-desain untuk beberapa label ternama. Dan aku pun mengerjakan pekerjaan lain. Menulis, menjadi volunteer reader di sekolah tuna netra, dan beberapa pekerjaan suruhan orang lain. Tinggiku 165cm. Tidak kurus, tidak terlalu gemuk pula. Rambutku ikal sebahu dan agak kecoklatan. *** to be continued...

Minggu, 13 November 2011

Drapery and Elephant.

Dan El mengendap-ngendap di sela-sela setiap lipitan gaun manisnya. Bersembunyi? Atau mencari sesuatu? El menjilati setiap drapery, menikmati rasa manis dari gula biang yang agak terasa anyir.

El menyelam lalu naik lalu kembali tenggelam. Masih diantara lipatan drapery. Dia tampak senang. Terlihat jauh lebih sehat dan lebih muda sepuluh tahun gajah.

Drapery itu seperti rolling coaster. Berputar-putar membingungkan tapi bersensasi luar biasa. Serasa kupu-kupu beterbangan di dalam perut. Itu kata El. Kadang-kadang dia memang senang meracau dan mengarang-ngarang kata. Matanya berbinar-binar. Minta lollypop, Mama!

Bersama seekor ostrich berwarna pink keunguan, El berlari di lipatan drapery. sambil berlarian, ostrich bertelur dan telurnya menggelinding ke segala arah. Satu telur terijak oleh El dan langsung menetas menjadi sebuah boneka Rusia. I love matrioskha! Teriak El. Kali lain dia menginjak telur, yang keluar dari telurnya adalah sebuah tiket liburan ke Hawaii. Aku ingin ke Hawaii untuk menari hula-hula dan memakai lei! Teriak El sambil sedikit terjerembab di lipatan drapery terakhir.

Mama mengangkat El dengan lemah lembut. Memberinya lollypop dengan lingkaran-lingkaran penuh warna yang menghipnotis. Ayo sayang, sekarang sudah waktunya tidur.

El melambai pada ostrich. Ostrich sekarang berlari sendirian. Diantara drapery dan telur-telur. Rasanya seperti ini: Silky and Tasty.

Senin, 07 November 2011

Pepper and Clay.

Pepper and Clay adalah kisah petualangan. Tidak seseru dan seliar Bonny and Clyde. Lebih mendekati cerita kuno tentang Cigar and Cherry.

Hello people, how are you today?
Udara masih dingin. Kaki dan tangan masih keriput. Bibir pun masih pecah belah.

***

Tadi siang, aku mengkhayal tentang balada buruh pabrik. Kulit kering kehitaman, rambut merah dan berbelah, baju berbahan polyester murahan, tas tangan kualitas kw 35rb, sepatu plastik dan sudah kusam. Tapi mereka tetap ceria dan tertawa. Bergosip tentang laki-laki, bercanda tentang kemaluan suami sampai mau masak apa nanti malam.

***

Hari ini aku memakai magenta dan mustard. Dua warna yang membuatku merasa hidup. Magenta adalah warna braku. Mustard adalah warna celana dalamku. Mereka sekarang terasa 'hidup'! Magenta dan mustard itu seperti Pepper and Clay. Sama-sama terdengar kuno.

Kami tidak ingin hidup yang aneh-aneh. Tanpa menambahkan bumbu keanehan lainnya, hidup kami sudah terasa cukup aneh. Kami suka kuno. Kuno dan aman. Terdengar seperti sebuah kedamaian, bukan?

Kami sedang duduk menikmati dua gelas ginger tea. Masih mengepul dan aroma jahenya kuat. Aroma kehangatan. Kami hanya duduk-duduk saja. Memperhatikan tupai yang sedang mengeruk biji kenari di bawah pohon pinus.

***

Hari ini seseorang membelikanku sebuah sepatu baru. Flat shoes merah dengan pita polkadot hitam putih.

Sama sekali bukan magenta and mustard, jadi kubuang saja. Ciao!

Minggu, 30 Oktober 2011

Blowing Ass.

Pantatmu sekarang besar.
Sialnya, perutmu juga.
Bukan karena sedang hamil, tapi karena bagian perut dan pantat yang kurang diolahragakan.

***

Curvy body is the new it body.
Really?

***

Tapi,
Dengan pantat dan perut yang besar, aku masih bisa menari tap dan bergumam riang.

***

Tap Tap Tap
Clap Clap Clap
Humming.

Kamis, 20 Oktober 2011

OH. ANGIN. OH

Here I am.
At twenty feet high.
Wind whistling.
A very hard whistle.

***

Di sini dingin. Hari terdingin di bulan September. Angin kencang berhasil menerobos lewat lubang-lubang yang sebetulnya tidak dirancang sebagai lubang udara. Retakan. Di dinding dan di langit-langit. Satu-satunya kehangatan yang berhasil kudapatkan di sini adalah secangkir teh panas dan semangkuk kecil mie rebus yang mie nya dimasak terlalu lama. Harus dihirup dan dimakan cepat-cepat. Angin akan segera mencuri kehangatannya. Lihat saja. Dalam hitungan sepuluh. Sepuluh… sembilan… delapan… tujuh… enam… lima… empat… tiga… dua… satu. Tidak ada lagi secangkir teh dan semangkuk mie yang panas. Betul kan? I told you. Dan, karena aku harus membuktikan pada kalian, sekarang aku tidak lagi punya kehangatan di sini. Huh. Bisakan waktu kembali lagi ke sepuluh detik terakhir? Please, God?

Ups, Tuhan. Aku hampir saja lupa. Masih ada satu kehangatan. Ya, tentu saja kehangatanMu akan selalu ada. Maksudku, aku masih punya sehelai selimut. Cukup hangat dan nyaman. Ehem, baunya tidak termasuk perhitungan. Aku sudah tidak mengunjungi laundry sejak… coba kuingat… sekitar enam atau delapan bulan….

Sambil mendengar siulan angin dan menyibak gorden yang menari-nari, aku duduk di sebuah celah di dekat jendela. Selimut membungkus badanku. Mie dingin dan teh dingin (diucapkan dengan sedikit kesal) berada di pangkuanku. Kuhirup bergantian. Mataku memandang keluar jendela.

Di ketinggian dua puluh kaki. Aku memikirkan pikiran ini. Apa rasanya meloncat keluar? Apakah angin akan menangkapku? Ehm, I’m not sure. Aku tak cukup dekat berteman dengannya. Mungkin aku bisa mengepakkan tanganku. Ohhh atau atau… aku punya ide cemerlang! Selimut ini, mungkin bisa jadi sejenis parasut yang bisa membawaku terbang beberapa kilometer sebelum menginjak bumi. Yaa yaaa… pasti kau tidak pernah berfikir aku bisa sejenius ini bukan? Haha. Aku meracau. Andai aku punya Kristal yang bisa membuatku terbang ke Laputa.

***

Waktu bersiul.

***

Dapur mungilku berbau coklat dan kayu manis. Aku sedang memanggang beberapa biskuit. Resep sendiri.

***

Angin masih bersiul. Semakin keras. Namun kali ini, aku punya kehangatan lain. Aku duduk di celah jendela. Masih dengan selimutku. Sekarang dia berbau lavender. Dipangkuanku: biskuit buatan rumah yang baru keluar dari oven dan secangkir BESAR coklat panas.

***

Laputa, tunggu aku.

Minggu, 28 Agustus 2011

Hari-hari Sibuk.

ABCDE ABCDE ABCDE ABCDE... F!

Tik Tak Tik Tuk Tik Tak Tik Tuk.

Sibuk sibuk sibuk.
Sibuk mengamati orang.
Sibuk membandingkan.
Sibuk menyumpah.
Sibuk mengibuli diri sendiri.
Aihhh.

Every books has their own story.
Every lights has their own colors.
You are RARE and LUCKY.
So let say this: ALHAMDULLILAH.

Jumat, 19 Agustus 2011

Ann, Sang Supermodel.

Aku Ann dan badanku sekurus lidi. Aku serius! Pinggangku saja lingkarnya hanya selebar lingkaran dua telapak tangan orang dewasa. Seolah-olah aku memakai korset ketat disekeliling badan. Padahal tidak sama sekali. Aku juga bukan gadis penderita anoreksia. Tanpa harus bersusahpayah mengeluarkan makanan-makanan dari perutku, aku sudah sekurus dan sebengkung model-model anoreksia.

Aku itik buruk rupa. Mataku besar tapi tidak indah. Mulutku menganga dan gigiku besar-besar. Aku tinggi dan kurus, tapi sikapku sangat canggung. Tak sedetikpun dalam hidupku aku merasa cantik atau menarik. Aku si itik buruk rupa. Tak ada yang mau berteman denganku.

***

Ann sekarang adalah supermodel internasional. Gestur badannya yang unik dan bentuk wajahnya yang langka menjadi incaran para fotografer untuk bisa mengabadikan kemilaunya. Para fashion designer saling berebut, mereka ingin Ann yang menjadi model yang memakai baju-baju rancangan mereka. Iklan berhamburan, setiap perusahaan ingin Ann menjadi brand ambassador untuk setiap campaign mereka. Di depan kamera, Ann menjelma menjadi orang lain, itik buruk rupa yang unik dan langka tapi bercahaya. Rambut emas Ann berkibar dan beriak indah.

***

"Aku Ann, aku seorang model", bisik Ann dari balik tirai lace dikamarnya.

Kamis, 21 Juli 2011

A Death Named Danjuro.

Danjuro, si pemilik toko pelayanan kematian. Dia menurunkan rolling door di bulan untuk seorang nenek yang susah mati karena cahaya bulan yang terlalu terang.

Danjuro beryukata, bercelana dalam hitam, berstoking jaring.

Mau pilih mati cara apa? Tanya Danjuro. Kalau kau punya uang banyak, kau bisa memilih cara kematianmu. Mati bernyanyi, mati gantung diri, mati tersedak, mati sambil onani? Tanya saja, mati apa yang belum terjual habis.

Kematian seperti kartu yang dibuka, disusun, dan dibawa pergi. Kematian adalah seni.

Danjuro menari can can. Aku mau mati cara Danjuro.

Sabtu, 25 Juni 2011

Pecinta Kata.

Namaku berada tepat di deret bawah namanya. Seperti urutan B setelah A, atau J setelah I.

Kami berdua merangkai kata. Membuat rangkaian puzzle menjadi satu. Menyusun kotak-kotak di atas papan scrabble. Menjadikan huruf bersambung menjadi kata dan rangkaian kata-kata. Kadangkala kami seperti penderita disleksia, lalu menciptakan kata baru. Bahkan kami pun pandai membuat rangkaian anagram.

Orang bilang, kami mirip. Muka dan gestur, sepertinya. Padahal kami berasal dari belahan daging dan tetesan darah yang berbeda. Kami suka vintage, ecletic, musik yang sama, warna yang sama, dan menderita jenis keanehan yang sama. Kami saling mencintai gaya kami satu sama lain.

Kami adalah pencinta kata-kata. Membuat kata terdengar lebih bermakna dan indah untuk diucapkan. Kami cinta kata. Kadang-kadang kami mencuri kata-kata untuk memolesnya kembali menjadi kata yang lain. Bermain-mainlah. Seperti kami. Sangat menyenangkan. Karena dunia kata-kata itu tidak terbatas dan abstrak. Kita bisa membuat apapun dan melakukan apapun. Hal paling ajaib sekalipun.

Membuat kata, membuat kami merasa nyaman dan damai. Seperti hidup di desa Heidy dan menghirup teh hangat di sore hari.

Ucapkan selamat datang kepada kami. Jangan lupa, berdasarkan urutan: seperti B setelah A, atau J setelah I.

Selasa, 17 Mei 2011

Keiko Si Bajak Laut Penidur.

Keiko masih terombang-ambing di atas stasiun radio miliknya. Sebuah kapal kecil yang hanya memuat lima orang saja. Ada Odin, si kapten pemabuk. Keila, koki cantik. Baba, teknisi kapal dan pembuat coklat panas terhebat. Barnabah, seorang hippie yang suka ikut siaran di tengah malam. Dan Lily, putri yang baru saja tenggelam dan diselamatkan oleh Keiko, dia masih meringkuk ketakutan di sudut kamar. Dia pikir semua kapal yang berlayar adalah kapal bajak laut.

Keiko memutar piringan hitam yang ditemukan di kolong tempat tidur, petinya sudah lecet dan covernya sudah buluk. Lagu-lagu tidak dikenal. Terdengar seperti irama psychedelic yang sudah lama tidak terdengar. SUKA! Piringan hitam noname diputar berulang-ulang malam itu.

Lily, mendengar irama noname. Dia sedikit menggeliat. Odin mengkerutkan kening: “Keila… ambilkan lagi bir untukku, jangan lupa pakai bikinimu ya, manis.”

Baba dan Barnabah berdansa sambil memenuhi perut mereka dengan coklat panas lezat.

Dan Keiko, dia tertidur. Ditumpukan peti berbau aneh, diantara musik noname yang misterius.

Minggu, 08 Mei 2011

Selamat Pagi, Gula-Gula.

Atau: Morning, Sugar!

Pagi ini memulai hidup dengan kumpulan warna-warna fuchia yang berbulu. Berbau permen kapas rasa melon dan strawberry. Saya tidak mengada-ngada.

Gula-gula itu enak. Apalagi kalo sudah tumpah di lantai. Enak untuk dijilat. Semut mulai ikut berbicara. Sssssttttttt!

Well, selamat pagi, sugar!
Mari memetik hari sambil menari bersama kata.

Sabtu, 30 April 2011

A Girl Named Lunar and A Boy Named Ahmed.

Lunar tinggal di bulan dan Ahmed tinggal di bawah tanah. Lunar terbang bersama bintang, menari bersama kunang-kunang. Ahmed merayap bersama cacing tanah, dan menjilati tai kucing yang terkubur di sela-sela akar.

Yes, they are children of the world.

Kamis, 07 April 2011

Amar si Beringin.

Temanku namanya Amar.
Sudah lama kami tidak bertemu.

Suatu hari Amar kirim pesan.
"Hai Ami, masih ingat saya? Si Beringin"

Haha. Aku tertawa.
Tentu saja kuingat.

Amar,
Rambutnya gemuk kaya daun beringin.
Dia meniup seruling dan berjalan di air.

Amar si Beringin.

Bidadari Berbau Pinus.

Itu aku.

Atau,
Itu (yang) aku (ingin).

Untuk menjadi bidadari?
Atau,
Untuk berbau pinus?

Aku ingin jadi bidadari.
Dan,
Aku juga ingin berbau pinus.

Sekarang, aku adalah bidadari berbau coklat.
Coklat panas dengan bubuk cabe didalamnya.

Aku adalah seorang pirate!

Sabtu, 22 Januari 2011

if i were a man with mustache.

If I were a man with mustache,
saya tidak akan mencukur kumis saya sampai habis.
Kumis yang nanggung itu seksi.

If I were a man with mustache,
saya tidak akan pernah mewarnainya menjadi warna apapun.
Saat tubuh menua, maka kumis akan memutih dengan sendirinya.

If I were a man with mustache,
saya tidak akan terlalu sering mendekatkan kumis saya di wajah kekasih.
Karena rasanya lebih dari geli, sakit menusuk-nusuk.

If I were a man with mustache,
saya tidak akan menyisirinya setiap hari.
Kumis yang rapi adalah cermin kepribadian.
Dan saya memang tidak terlalu suka sama yang terlalu rapi-rapi.

If I were a man with mustache,
saya pasti mirip banget sama Bapak saya.

If I were a man with mustache,
unfortunately, I'm not.

Kamis, 20 Januari 2011

me: a sweetest baby in a cherry basket with almond and vanilla scent.

Yep. That’s me. Pasti kalian sulit mempercayainya bukan? Aku sudah 20 tahun berjalan dengan kaki telanjang, kuku kotor, dan hidung beringus. Bajuku tinggal sehelai benang yang sudah tipis dan bau. Tidurku di atas ranjang kayu yang lembab. Di bawah jembatan bersama para banci-banci ibu kota yang bentuk hidungnya melawan gravitasi bumi dan semakin hari semakin bertambah besar saja. Tapi mereka baik. Sangat baik. Mereka suka membiarkan aku menghisap air susunya sehingga aku tidak merasa kelaparan. Rasanya sama sekali tidak enak. Anyir sangat dan bau tengik. Tapi jika kalian hidup di dalam keranjang buah ceri, kalian tidak punya banyak pilihan.

Aku suka berbohong. Kalian pasti sudah tahu itu. Aku suka pura-pura menjadi seorang putri raja yang telah diculik seekor naga. Dari badanku tercium wangi hangatnya almond dan manisnya vanilla, karena itu naga mencuriku, mereka suka dengan yang manis-manis. Padahal saat ini, seluruh anggota kerajaan sedang mencari-cariku. Uh oh. Aku seorang putri raja. Cantik. Indah. Harum. Pembohong besar.

***

Badanku bau. Bajuku penuh kutu. Dan aku belum makan selama seminggu. Banci-banci itu marah padaku. Seminggu yang lalu, mereka menyusuiku dan aku gigit tepat di puting susu. Mereka langsung melemparku. Aku tertawa-tawa sambil teriak: susu...susu…susu. Sejak saat itu, mereka menjauh dariku. No more free susu.

***

Sepertinya hari ini aku mati. Karena aku merasa aku terbang. Terasa ringan. Badanku juga berbau almond dan vanilla. Aku tidak lagi bohong. Sekarang aku benar-benar telah menjadi bayi yang paling manis di dalam keranjang ceri.


ami

Aku Adalah Lautan.

Aku adalah lautan. Aku adalah bintang utara. Aku adalah plankton. Aku adalah ferriswhell. Aku adalah titik hitam. Aku adalah fireworks. Aku adalah Neptunus. Aku adalah apapun yang kumau. Tapi, apapun aku, aku tetaplah lautan. Aku adalah lautan penjaga banyak hati.

Aku adalah lautan yang luas. Tadinya aku hanya sebesar rawa-rawa. Tapi hati yang kujaga semakin membanyak, jadilah luasnya bertambah bertambah bertambah.

Aku adalah lautan. Tak banyak yang tahu, lautan pun punya hati. Kadang terikat erat di karang terjal. Sering pula tak terjaga dan mengambang. Tapi lautan adalah lautan. (Seharusnya) semakin banyak hati yang harus dia jaga, maka (seharusnya) semakin luas dan dalam isinya.

Aku adalah lautan yang suka makan jelly dan donat.

Minggu, 16 Januari 2011

Toko Kebutuhan 'Serba Ada'

Ku baru saja pulang berbelanja di sebuah toko aneh yang ada di pojok jalan. Toko yang bisa tiba-tiba hilang dan muncul kembali yang terjepit diantara dua bangunan besar kesukaanku. Mall of Life -yang wanginya seperti The Plaza di malam hari- dan Sweats From Heaven Corner -tempat para laki-laki berotot tapi tidak berbadan terlalu besar berkeringat sambil membagikan balon udara dan loli pop.

Toko Kebutuhan 'Serba Ada'. Tokonya kuno, tapi ah, aku suka sama yang kuno-kuno. Kata orang, kalo kita berbelanja di tempat yang kuno-kuno, kita bisa bawa sekalian sama hantu-hantunya. Hiiyyy. Toko ini, isinya juga sangat lengkap. Apa yang kau cari, pasti akan bisa kau temukan di sini. Apapun.

Aku suka jam tua yang menggantung di langit-langit. Aku suka deretan pot bunga di pinggir jendela. Aku suka topi-topi lucu yang dijahit tangan. Aku suka karpet tebalnya. Aku suka sofa ungu berkancing perak. Aku suka chandelier lamp dan lampion yang bergantungan di dinding.

Dan tebak, apa yang aku beli di Toko Kebutuhan 'Serba Ada'? Sekantung penuh PELUKAN dan sebotol besar CIUMAN KASIH SAYANG. Lengkap, bukan? Benda-benda seperti itu tidak akan bisa kutemukan di toko manapun.

Cheers.

Sabtu, 18 Desember 2010

The story of Edith and Me.

Just like what Rachel said, Edith adalah jenis nama yang sangat ‘so Edna name’. Istilah yang sama dengan sesuatu yang geek, weirdo, dan sama sekali engga terdengar modern dan edgy boro-boro. Tapi, seperti di kisah sebelumnya, Edith atau Edna or who/whatever, masih mempunyai kehidupan dan hari yang bergejolak.

***

Edith meloncat di atas trampoline bersama-kutu-kutu busuk yang selama ini menempel di kepalanya. Oh Edith, sudah kubilang kau harus memotong rambutmu dengan potongan yang lebih simple. Sisakan sajalah beberapa sentimeter dari rambutmu, biar otakmu lebih dekat dengan udara segar. Biar kepalamu menjadi spons yang bisa menyerap berbagai ilmu pengetahuan dengan lebih cepat. Tapi Edith tidak mendengarkanku sama sekali. Dia masih saja melompat-lompat bersama para kutu. Edith loves it. Phhyuukkkkk.

Edith dan kutu-kutunya. Ini cerita baru! Selama ini Edith bermain dengan balok es atau coklat yang meleleh atau apapun yang terdengar ‘eksotis’ -meskipun balok es sama sekali tidak ada bau-bau eksotisnya… ;p – SO, persoalan Edith dan kutu ini adalah persoalan baru. Dan Edith bilang, tidak apa-apa jika sekali-kali membuat sarang dan membuat senang para kutu busuk. Edith tidak merasa dimanfaatkan oleh para kutu busuk. Dengan bijaksana dan dengan lingkaran halo di atas kepalanya Edith berkata dengan bijak: tidak apa-apa dimanfaatkan orang lain, toh hidup itu memang harus bermanfaat.

Trampolin merengek-rengek karena besinya sudah mulai reyot. Jalinan benang-benang kainnya sudah mulai terurai. Edith melompat lebih pelan sebelum dia berhenti, melompat ke tanah dan tidur bersama kutu-kutu sahabatnya. Sebelum Edith jatuh, satu kutu melompat kekepalaku. Alih-alih menjerit dan mengibaskan rambut dengan kekuatan penuh, aku malah diam dan merasakan sesuatu yang menyenangkan.

Welcome home.