Jumat, 29 Juli 2011

My new morning.

Sudah hampir setahun, sejak saya meninggalkan ruangan kecil berukuran 3x2,5 m yang telah setia menemani hidup saya selama hampir lima-enam tahun. Kamar kos-kosan sempit, yang penuh barang (#sangat), tanpa ventilasi memadai, tapi hangat dan inspiratif. Kau pasti tidak bisa membayangkan, di dalam tempat sekecil itu, saya bisa menghabiskan berjamjam berkutat dengan... apapun yang ada didalamnya. Termasuk pacar! Hahaaa... ;p

***

Pagi ini saya terbangun di rumah baru saya. Yes, ruangannya agak sedikit lebih lega untuk ditinggali berdua. Fyi, salah satu nazar saya adalah, saya akan meninggalkan kamar kos yang sempit dan inspiratif itu kalau saya menikah. And here I am now. Married, get a little bit fat-curvy body, actually... #ehem, and this is my 6x4 m's new place. Haha... kami berdua belum cukup kaya buat beli rumah 'beneran' atau apartemen mewah, kawan. Tapi, demi Tuhan, this is a big movement in my life. Thanks, God.

***

My new life as a housewife. Cleaning the house is one of routine works. Saya nyaman dengan berantakan, tapi saya tidak nyaman dengan kotoran. And you know what, I'm cooking now! Haha. There's would be my very first Sapo Tahu, my very first Sayur Asem, Sayur Kacang, and many dishes. Semua orang yang saya kenal tidak ada yang percaya. Kalaupun ada, mereka tidak percaya saya bisa masak masakan yang enak. Well, whatever. Yang penting saya dan suami saya setuju kalau masakan saya enak. Tapi memang enak ko... hehe.

I hate ironing! Tapi sialnya, dengan menyetrika, baju-baju yang baru dicuci akan jadi lebih wangi. Dan baju yang wangi adalah reward buat susah payahnya saya mencuci dan menyetrika. Jadi, yes, saya akhirnya menyetrika... T_T.

***

I do still artworking, writing, and walking.
And we still singing while hugging just like Inara and Greg.

***

Dan pagi ini, saat Ari pergi untuk mengajar dengan memakai kemeja tartan saya, saya membereskan rumah ditemani SantaMonica.

Silent society, good morning.

double.trouble

Kamis, 21 Juli 2011

"Believe nothing.
No matter where you read it or who said it, even if I have said it.
Unless it agrees with your own reason and your own common sense."

~Buddha.

A Death Named Danjuro.

Danjuro, si pemilik toko pelayanan kematian. Dia menurunkan rolling door di bulan untuk seorang nenek yang susah mati karena cahaya bulan yang terlalu terang.

Danjuro beryukata, bercelana dalam hitam, berstoking jaring.

Mau pilih mati cara apa? Tanya Danjuro. Kalau kau punya uang banyak, kau bisa memilih cara kematianmu. Mati bernyanyi, mati gantung diri, mati tersedak, mati sambil onani? Tanya saja, mati apa yang belum terjual habis.

Kematian seperti kartu yang dibuka, disusun, dan dibawa pergi. Kematian adalah seni.

Danjuro menari can can. Aku mau mati cara Danjuro.